PANJENENGAN PENGUNJUNG NOMER

JAM PIRO SAIKI

Tuesday, October 7, 2008

BMI, Jaga Berat Badan Seimbang


BAGI yang merasa sehat, belum tentu dia mengasup kandungan gizi yang pas bagi tubuhnya. Salah satu cara yang tepat adalah melalui pengamatan terhadap berat badan. Karena masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (18 tahun ke atas) adalah masalah penting.

Selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat memengaruhi produktivitas kerja. Karena itu, pemantauan berat badan perlu dilakukan setiap orang secara berkesinambungan.

Body mass index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang, dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi. Sementara berat badan lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif.

Dengan demikian, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Pentingnya pengetahuan terhadap BMI ini sangat dianjurkan karena bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal.

Berat badan itu kemudian disesuaikan dengan penerapan hidangan sehari-hari untuk dikonsumsi. Sementara untuk memantau indeks massa tubuh orang dewasa, digunakan timbangan berat badan dan alat pengukur tinggi badan.

"BMI hanya digunakan untuk orang dewasa 18 tahun ke atas. Tidak bisa digunakan pada bayi, anak-anak, remaja dan ibu yang sedang hamil," kata ahli gizi dari Klinik Kesehatan Keluarga Dr Widianti Lesmana.

Widianti Lesmana menyebutkan, untuk menghitung berat badan yang ideal, menggunakan rumus BMI menjadi salah satu cara paling banyak digunakan. Selain lebih mudah dan gampang, BMI juga menjadi patokan para ahli gizi.

"Rumus BMI adalah BMI=berat (kg) dibagi dengan tinggi (m)2. Atau biasa ditulis BMI=kg/m2," katanya.

Untuk kategori BMI, rata-rata digunakan patokan, <20=underweight, 20?25 adalah normal, 25?30=overweight, sedangkan besar dari 30, seseorang dikatakan kelebihan berat badan.

"Misalkan tinggi seseorang 155 cm dan berat 52 kg, maka rumusannya adalah 52/(1,55)2=21,6. BMI orang itu adalah 21,6 dan itu adalah normal," katanya.

Memantau berat tubuh dengan sistem BMI ternyata juga banyak dilakukan para perempuan paruh baya yang peduli pada kesehatan tubuh.

Jumlah Kebutuhan Energi Tubuh

SUPAYA manusia dapat tetap hidup dan bekerja seperti biasanya, maka memerlukan energi yang biasa diukur dengan satuan kalori. Meskipun kita tidur dan tidak bekerja, energi tetap dibutuhkan untuk denyut jantung dan fungsi tubuh lainnya.

Energi dapat diibaratkan sebagai bensin yang diperlukan oleh kendaraan agar dapat tetap berjalan. Jumlah kebutuhan energi seseorang pada dasarnya berbeda tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktivitas seseorang.

Sebagai contoh, seorang laki-laki dewasa (20?59 tahun) dengan barat badan 62 kg, tinggi 165 cm, dan aktivitas sedang membutuhkan energi kurang lebih 3.000 kilo kalori.

Sementara, bila wanita dewasa berat 54 kg tinggi 156 cm dengan aktivitas sedang membutuhkan 2.250 kilo kalori. Apabila orang yang sama dengan aktivitas lebih berat, maka kebutuhan bagi laki-laki sebesar 3.600 kilo kalori dan wanita 2.600 kilo kalori. Kalau tubuh kekurangan kalori, tentu saja akan berpengaruh pada kesehatan, bahkan bisa mengganggu kerja hormon.

Tidaklah mengherankan jika makanan adalah salah satu unsur penting yang memengaruhi kesehatan seseorang. Oleh karena setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi zat-zat gizi dan kalori yang sangat penting dan dibutuhkan oleh tubuh.

"Banyak orang memilih makanan bukan karena faktor kesehatan, tetapi cenderung karena ingin mencoba jenis makanan yang bermunculan saat ini. Padahal, makanan seperti itu, atau yang tengah menjadi tren belum tentu sehat," kata Dr Wiguna Ariyanto dari Klinik Kesehatan Keluarga.

Pada dasarnya, menurut Dr Wiguna, jika ingin sehat dan terhindar dari berbagai penyakit, bukan hanya kanker dan jantung, tapi juga diabetes, osteoporosis, ginjal, tekanan darah tinggi, dan stroke, maka pola makan dan gaya hidup haruslah diubah.

"Yang paling penting, makanlah sesuai dengan kalori yang dibutuhkan tubuh. Jangan terlalu berlebih, jangan pula sampai kurang sekali. Usahakan agar selalu mengonsumsi makanan yang seimbang," kata dia.

Yang perlu diketahui masyarakat, menurut dokter berkacamata ini, bahwa setiap jumlah lemak dan karbohidrat yang tidak langsung digunakan akan disimpan di jaringan adiposa di bawah kulit dalam bentuk trigliserida.

Bila diperlukan kemudian, trigliserida akan dipecah menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas ini kemudian akan mengalami pembakaran dalam proses pembentukan energi.

"Pada umumnya hanya 3% jumlah glukosa makanan (dari karbohidrat) yang dapat disimpan sebagai glikogen di hati dan otot; 30% disimpan dalam bentuk trigliserida dan 67% langsung dibakar sebagai sumber energi. Jadi keseimbangan itu sangat penting," ucapnya. (sindo//nsa)

No comments: